Timur Tengah, jika kita selalu melihat kawasan padang pasir ini kita pasti tertuju dengan negara kaya seperti Uni Emirat Arab dengan Dubai nya, Qatar dengan Doha nya, Saudi dengan Mekkah, Madinah, dan Jeddah nya, Kuwait dengan Dinar nya selain melihat Timur Tengah dengan sudut negara kaya kita juga melihat Timur Tengah dengan kondisi yang memprihatinkan masih ingat dalam benak kita tentang Perang Teluk 1991 antara Iraq melawan Sekutu AS akibat Invasi Iraq ke Kuwait, Perang antara Hizbullah dengan Israel, Perang Saudara Syria, dan yang selalu diingat sepanjang masa Perang 6 Hari, Krisis Suez, Perang Yom Kippur, yang diakibatkan oleh berdirinya Negara Yahudi Israel serta menderitanya Palestina akibat serangan yang kejam oleh Israel.
Dibalik itu kekacuan yang terjadi di bumi padang pasir, tersimpan berjuta juta liter emas hitam yang tak pernah habis nya apa itu? tentu Minyak Bumi. Negara produsen Minyak Bumi banyak muncul dari Timur Tengah seperti Iraq, Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Oman, Bahrain, dan Syria.
Selain itu terdapat 1 agama yang terbAagi atas 2 kutub apa itu? Islam, mengapa terbagi 2 kutub? Di Timur Tengah terdapat 2 aliran Islam yaitu Sunni dan Syiah. Sunni berpusat di Saudi sementara Syiah berpusat di Iran kedua negara besar ini memegang posisi yang strategis sebagai pemimpin negara Timur Tengah tak bingung kenapa negara ini dari dulu hingga kini selalu bersitegang.
Kita akan ulas sedikit tentang kedua negara agar kita paham karena sistem negara ini juga berkesinambungan dengan ketegangan antara Saudi-Iran.
SAUDI ARABIA
Saudi Arabia negara ini berbentuk Kerajaan atau Monarki Absolut dimana Raja memiliki kekuasaan absolut, hukum yang dijalankan dalam menjalankan untuk mengatur masyarakat adalah Syariah Islam. Saudi merdeka tanggal 23 September 1932 mata uang negara ini adalah Riyal Saudi. Saudi juga dikenal dengan negara dengan 2 kota suci karena merujuk pada 2 kota suci Islam yaitu Makkah dan Madinah.
Gambar 1.0 Riyadh sebagai ibukota Saudi
I.R IRAN
Iran, pada awal dibentuk tahun 1501 negara ini dipimpin oleh Shah sama seperti Kerajaan, Shah memiliki kekuasaan yang absolut dan hukum yang dijalankan juga Syariah Islam. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1979 terjadi Revolusi besar di Iran. Revolusi ini disebut sebagai revolusi terbesar setelah Revolusi Prancis dan Revolusi Bolshevik, Dinasti Shah di jatuhkan. Ayatollah Ruhullah Khomeini sang pemimpin revolusi mendeklarasikan Republik Islam Iran. Dengan sistem Republik yang modern inilah muncul ketakutan di Timur Tengah akan jatuhnya sistem monarki absolut.
Saudi dan Iran memiliki sistem politik yang jauh berbeda, mari kita cermati hal apa saja yang menjadi pusat ketegangan anatar Saudi dan Iran.
Gambar 1.1 Tehran sebagai ibukota Iran
AGAMA
Kedua negara merupakan negara mayoritas muslim dan masing masing memangku peran yang besar, tetapi dalam versi yang berbeda.
Muslim terpisah menjadi 2 kelompok utama, akar ini sudah muncul ketika zaman Nabi Muhammad S.A.W dimana terjadi perselisihan tentang siapa yang akan menjadi pengganti Nabi.
GEOPOLITIK
Saudi dan Iran terlibat untuk saling mempengaruhi negara sekitarnya, Saudi menaruh kecurigaan terhadap Iran yang mempengaruhi kelompok minoritas Syiah di Saudi, Bahrain, Syria, Iraq, dan Lebanon.
Pengembangan teknologi nuklir Iran membuat Saudi dan negara tetangganya takut.
IDEOLOGI POLITIK
Arab
Saudi dikuasai seorang raja dan bentuk pemerintahannya adalah Islam
konservatif.
Iran
memiliki bentuk Islam yang lebih revolusioner dan pemimpin revolusi tahun 1979
– Ayatollah Khomeini – memandang monarki tidak sesuai dengan Islam.
Agenda
berhaluan Islam Syiah radikal diluncurkan pada revolusi 1979 dipandang sebagai
suatu penentangan terhadap rezim konservatif Sunni, terutama di kawasan Teluk,
dan terdapat kecurigaan mendalam di dunia Arab terkait usaha Iran untuk
mengekspor revolusinya ke negara-negara tetangga.
Iran
sangat mendukung usaha Palestina menentang Israel dan menuduh negara-negara
seperti Arab Saudi tidak memperhatikan nasib warga Palestina dan mewakili
kepentingan pihak Barat.
Secara
historis, Arab Saudi memiliki hubungan dekat dengan Barat yang memasok miliaran
dolar persenjataan.
Sejak
tahun 1979, hubungan Iran dengan Barat sangat menegang dan Barat menerapkan
sanksi ekonomi selama bertahun-tahun terhadap Iran terkait apa yang dipandang
sebagai usaha Teheran untuk memiliki senjata nuklir.
SURIAH
Iran sama
seperti Rusia adalah pendukung setia Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Dukungan
militer dari negara itu dan sekutunya di Lebanon, Hisbullah, dipandang penting
untuk mempertahankan kekuasaannya.
Arab
Saudi adalah pendukung penting dan penyandang dana kelompok pemberontak Sunni
yang menentang pemerintah.
gambar 1.2 Damascus ibukota Syria
IRAQ
gambar 1.3 Sudut kota Baghdad di Irak
Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya mendukung
Saddam Hussein saat perang Iran-Irak tahun 1980-1988 dan mengalami serangan
Iran terhadap kapal-kapalnya.
Hubungan
diplomatik Iran dan Arab Saudi dibekukan selama tiga tahun setelah perang.
Sejak
jatuhnya Saddam, kelompok mayoritas Syiah di Irak memimpin pemerintah dan
memelihara hubungan dekat dengan Teheran.
Hal ini
membuat pengaruh Iran mencapai perbatasan Arab Saudi dan menciptakan
persekutuan Syiah Iran, Irak, Suriah dan Lebanon.
Baghdad
menuduh Arab Saudi mendukung kelompok Sunni radikal dan kekerasan sektarian di
Irak.
MINYAK
Minyak
penting bagi kedua negara - Arab Saudi adalah produsen dan eksportir terbesar
dunia - dan mereka kemungkinan memiliki kepentingan yang berbeda tentang
seberapa banyak minyak yang dihasilkan dan berapa harganya.
Arab
Saudi relatif kaya dan memiliki penduduk yang lebih sedikit dibandingkan Iran.
Negara
ini diberitakan dapat mengatasi rendahnya harga minyak saat ini untuk jangka
pendek.
Iran
lebih memerlukan pemasukan dan lebih menginginkan harga per barel yang lebih
tinggi.
Setelah
beberapa tahun tidak dilibatkan dalam pasar minyak dunia karena pemberlakuan
sanksi, hal ini akan sangat membantu ekonomi Iran yang bermasalah.
Tetapi
para pengamat memperkirakan para penghasil minyak memompa 0,5 juta sampai dua
juta barel minyak per hari melebihi permintaaan, jadi Iran memerlukan negara
penghasil minyak lainnya untuk memotong produksi agar terjadi peningkatan
harga. Arab Saudi tidak ingin melakukan hal ini.
REFERENSI: https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/01/160105_dunia_iransaudi_musuh